Persepsi Waktu
Jika waktu mengizinkan kita bertemu,
aku ingin bercerita sedikit tentang
bagaimana aku kehilangan arah setelah kehilanganmu
Sesak di dada tak lagi hadir,
ketika melihat kepulanganmu
Aku diam tak lagi gembira
Kosong hati sudah ditempati
Dulu setiap detik jam berdetak,
tak pernah membawamu kemari
Aku bertanya pada hampa
"Mengapa aku dan kamu?"
Namun tak ada jawab pasti
Hampa tetap sunyi tak berarti
Aku teguh meyakini hati
Kalau-kalau kisah ini telah usang
Tak akan bertransformasi lagi
Tapi pastikah semua sesuai,
dengan apa yang kita pikirkan?
Tidak bisakah bermetamorfosa?
Tapi untuk apa dibenahi lagi?
Apa hati siap sakit lagi?
Atau yakin kau pasti kembali?
Seluruh ungkapan tak lagi sama,
seperti selustrum yang telah lalu
Dan lalu aku sadar,
untuk apa selama ini hati kuperdaya,
rela membuat koda yang baru,
jika pada akhirnya tetap satu tuju,
menunggu
Jika waktu mengizinkan kita bertemu,
aku ingin bercerita sedikit tentang
bagaimana aku kehilangan arah setelah kehilanganmu
Sesak di dada tak lagi hadir,
ketika melihat kepulanganmu
Aku diam tak lagi gembira
Kosong hati sudah ditempati
Dulu setiap detik jam berdetak,
tak pernah membawamu kemari
Aku bertanya pada hampa
"Mengapa aku dan kamu?"
Namun tak ada jawab pasti
Hampa tetap sunyi tak berarti
Aku teguh meyakini hati
Kalau-kalau kisah ini telah usang
Tak akan bertransformasi lagi
Tapi pastikah semua sesuai,
dengan apa yang kita pikirkan?
Tidak bisakah bermetamorfosa?
Tapi untuk apa dibenahi lagi?
Apa hati siap sakit lagi?
Atau yakin kau pasti kembali?
Seluruh ungkapan tak lagi sama,
seperti selustrum yang telah lalu
Dan lalu aku sadar,
untuk apa selama ini hati kuperdaya,
rela membuat koda yang baru,
jika pada akhirnya tetap satu tuju,
menunggu
—s.a
Comments
Post a Comment