Pentingnya Mental Health di Masa Pandemi bagi Generasi Z


Apa itu Generasi Z?

Generasi Z adalah orang-orang yang lahir dalam kurun waktu 1995 hingga 2010. Generasi ini memiliki intensitas pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang tinggi karena sejak usia muda sudah bersentuhan akrab dengan teknologi, sehingga perlu dibekali dengan pemikiran kritis, pemikiran inovatif, pemecahan masalah dan keterampilan interaksi sosial. Oleh karena itu, sekolah memiliki tanggung jawab dalam hal ini melalui kegiatan pembelajaran. Selain kegiatan pembelajaran, diperlukan penyuluhan dan bimbingan untuk pengembangan diri bagi generasi Z di lingkungan keluarga.

 

Apa yang dimaksud dengan Mental Health?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mental health atau kesehatan mental adalah kesejahteraan di mana setiap individu berhak mewujudkan potensi mereka. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal sehingga dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, lalu mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka.

Mental health mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial kita. Mental health memengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Ini juga membantu menentukan bagaimana kita menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan. Mental health dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang. Mental health penting di setiap tahap kehidupan, dari masa kanak-kanak dan remaja hingga dewasa.

 

Apa hubungan Generasi Z dengan Mental Health?

Akrabnya generasi Z dengan teknologi yang didukung oleh banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mengakses internet, memacu mereka untuk mendapatkan beragam informasi dari berbagai sumber.  Hal itu bisa mendorong anak muda membentuk perilaku sesuai apa yang ia simak di internet. Tak heran, banyak anak muda yang melukai diri sendiri hingga melakukan percobaan bunuh diri. Tingkat stress tinggi yang dibarengi dengan mudahnya akses terhadap informasi self harm, memperbesar kemungkinan anak-anak muda generasi Z mempunyai kondisi kesehatan mental yang buruk. Setelah tekanan kehidupan maupun tekanan terhadap isu-isu yang berkembang di sekitarnya, generasi Z juga merasakan stress akibat informasi-informasi tak terbendung yang beredar di sekitarnya. Karakteristik lain adalah maraknya terdapat kasus perundungan siber (cyberbullying) yang melibatkan generasi Z.

Apa yang terjadi jika Mental Health terganggu?

Jika mental health terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Dikutip dari halodoc.com, gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini, antara lain:

  • Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.
  • Delusi, paranoia, atau halusinasi.
  • Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
  • Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
  • Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
  • Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
  • Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
  • Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
  • Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
  • Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam hubungan dengan orang lain.
  • Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan takut yang tidak biasa.
  • Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.
  • Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan menggunakan narkoba.
  • Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
  • Perubahan gairah seks.
  • Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.
  • Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau pergi ke sekolah atau tempat kerja.
  • Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.

Mental health yang terjaga tidak hanya mencegah datangnya gangguan mental, tapi juga membuat kesejahteraan dan dapat berfungsi dengan baik dalam lingkungan. Menurut World Health Organization (WHO), terdapat empat kriteria yang menjadi pertanda terjaganya mental health, yakni:

  • Dapat mengatasi berbagai stres dan masalah kehidupan
  • Mampu bekerja secara produktif
  • Bisa menggali potensi diri
  • Berkontribusi terhadap masyarakat sekitar.

Selain itu, masih ada banyak kondisi yang menandakan mental health Anda baik-baik saja, seperti diselimuti percaya diri saat bertemu orang baru, rasa optimis, tidak menyalahkan diri sendiri hingga munculnya perasaan bangga akan sesuatu yang dimiliki. Faktanya, WHO mendeskripsikan kesehatan sebagai suatu kesatuan yang mencakup kesejahteraan, fisik, dan mental.

 

Lalu apa saja alasan pentingnya menjaga Mental Health?

Yang pertama, menurunkan risiko gangguan kecemasan. Dengan memperhatikan pentingnya mental health, masalah-masalah mental yang umumnya terjadi bisa dapat dihindari. Salah satunya termasuk gangguan kecemasan yang dialami oleh banyak orang. Hidup di tengah bayang-bayang kecemasan tentunya tidak menyenangkan. Gangguan kecemasan sendiri merupakan respons alami tubuh dalam menghadapi stres. Gangguan ini tidak hanya berdampak buruk pada mental health, tapi juga physical health. Buktinya, gangguan kecemasan dapat menyebabkan sakit kepala, detak jantung dan napas cepat, ketegangan otot, hingga keringat berlebih. Itulah sebabnya diperlukan memahami pentingnya mental health agar gangguan-gangguan seperti ini dapat dihindarkan atau diatasi.

Yang kedua, menjaga suasana hati agar tetap ceria. Saat mental health diabaikan, suasana hati akan menjadi korbannya. Banyak sekali gangguan mental yang dapat menyebabkan suasana hati jadi tak menentu, sebut saja bipolar, distimia (jenis lain dari depresi), gangguan depresi mayor, hingga gangguan kepribadian. Apabila mental health senantiasa terjaga, berbagai macam gangguan mental tersebut dapat dicegah. Suasana hati pun tidak akan naik-turun. Inilah alasan pentingnya mental health untuk selalu dijaga dengan baik.

Ketiga, meningkatkan kesejahteraan. Apa hubungan mental health dengan meningkatkan kesejahteraan? Dalam sebuah penelitian, dibuktikan bahwa mental health yang baik dan terjaga dapat memengaruhi kesejahteraan dalam berbagai aspek. Mulai dari kesejahteraan ekonomi, pekerjaan, kesehatan fisik, hingga pendidikan. Dalam penelitian itu juga dijelaskan keadaan sebaliknya, yaitu mental health yang buruk pada seseorang dapat memengaruhi keadaan ekonomi dan sosialnya.

Keempat, mencegah datangnya penyakit. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, mental health yang baik bisa mencegah datangnya penyakit. Berbagai riset membuktikan bahwa orang-orang yang mengalami tekanan mental memiliki 32 persen resiko lebih tinggi meninggal akibat kanker. Selain itu, gangguan mental seperti depresi sering kali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner. Di sisi lain, skizofrenia dapat meningkatkan angka kematian akibat penyakit jantung. Gangguan mental ini juga dianggap mampu meningkatkan risiko kematian akibat masalah pernapasan hingga tiga kali lipat. Para ahli percaya bahwa orang-orang yang mental health-nya buruk, akan sulit menghentikan kebiasaan tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, dan mengonsumsi makanan tak sehat. Hal inilah yang kemudian meningkatkan risiko penyakit mematikan, seperti kanker dan penyakit jantung.

 

Apa kerugian yang akan dialami karena tidak menjaga Mental Health?

“Jangan sampai pentingnya kesehatan mental terlupakan!”

Banyak komplikasi yang bisa terjadi akibat buruknya mental health. Kerugian ini dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan seseorang. Berikut ini merupakan beberapa kerugian yang bisa datang jika seseorang mengabaikan pentingnya mental health:

  • Tidak bahagia
  • Sulit menikmati hidup
  • Hubungan bersama pasangan atau teman menjadi tak terjalin
  • Isolasi sosial
  • Lekat dengan gaya hidup tak sehat (merokok dan minuman keras)
  • Ketinggalan pelajaran di sekolah
  • Masalah finansial
  • Kemiskinan
  • Melukai diri sendiri (termasuk bunuh diri)
  • Melemahnya sistem imun tubuh (sehingga sulit mencegah infeksi)
  • Munculnya penyakit jantung dan kondisi medis berbahaya lainnya.

Jika diperhatikan, kerugian yang datang akibat buruknya mental health sangat berbahaya. Tidak hanya bagi kesehatan, tapi juga kehidupan secara umum. Untuk mengantisipasinya, ada banyak cara pencegahan yang bisa kita lakukan guna menjaga kestabilan mental.

 

Lantas bagaimana solusi untuk menjaga Mental Health di masa pandemi?

1.       Melakukan aktivitas fisik

Berbagai olahraga ringan, seperti lari kecil atau lompat di tempat, dapat Anda lakukan selama menjalani karantina di rumah. Dengan melakukan aktivitas fisik, tubuh Anda akan memproduksi hormon endorfin yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa khawatir, dan memperbaiki mood Anda.

Latihan peregangan dan pernapasan juga dapat membantu Anda untuk menenangkan diri. Jangan lupa untuk berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk meningkatkan sistem imun.

2.       Mengonsumsi makanan bergizi

Konsumsilah makanan yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral, dan serat. Beragam nutrisi tersebut dapat Anda peroleh dari nasi dan cereal, buah-buahan, sayuran, makanan laut, daging, kacang-kacangan, serta susu.

Bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh Anda, asupan nutrisi yang cukup juga dapat menjaga kesehatan mental Anda, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3.       Menghentikan kebiasaan buruk

Bila Anda seorang perokok, cobalah hentikan kebiasaan buruk tersebut mulai dari sekarang. Merokok akan meningkatkan risiko Anda terinfeksi kuman penyakit, termasuk virus Corona. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman beralkohol.

Kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental Anda.

Kebiasaan buruk yang juga perlu dihentikan adalah kurang beristirahat atau sering begadang. Jika kurang istirahat, Anda akan lebih mudah mengalami kecemasan dan mood Anda pun akan lebih tidak stabil.

4.       Membuat rutinitas sendiri

Selama menjalani karantina di rumah, Anda bisa melakukan hobi atau aktivitas yang Anda sukai, misalnya memasak, membaca buku, atau menonton film. Selain meningkatkan produktivitas, kegiatan tersebut juga dapat menghilangkan rasa jenuh.

5.       Lebih bijak memilah informasi

Batasi waktu Anda untuk menonton, membaca, atau mendengar berita mengenai pandemi, baik dari televisi, media cetak, maupun media sosial untuk mengurangi rasa cemas.

Meski begitu, jangan menutup diri sepenuhnya dari informasi yang penting. Pilah informasi yang Anda terima secara kritis dan bijak. Dapatkan informasi mengenai pandemi virus Corona hanya dari sumber yang terpercaya.

6.       Menjaga komunikasi dengan keluarga dan sahabat

Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, teman, dan rekan kerja Anda, baik melalui pesan singkat, telepon, atau video call. Anda bisa menceritakan kekhawatiran dan kecemasan yang Anda rasakan. Dengan cara ini, tekanan yang Anda rasakan dapat berkurang sehingga Anda bisa lebih tenang.


Terima kasih.





Nama: Savira Aulia Pratiwi Ningtyas

Fakultas: Pertanian

Prodi: Agroekoteknologi

Cluster 11

Comments