Eunoia



Tak pernah sedikitpun terlintas untuk bisa meninggalkan Kota yang ruwet ini. Kota yang kecil dan banyak meninggalkan kenangan di setiap sudutnya. Banyak sekali cerita yang tak bisa diungkapkan dan bikin berat hati untuk pergi. Kadang bingung, di tempat baru nanti mau sama siapa? Bisakah beradaptasi dengan orang baru? Akankah punya teman baru? Yang pasti, sedih ninggalin orang-orang tersayang dan kenangannya di Kota ini.

Sempat terpuruk beberapa kali karena masih belum ikhlas untuk meninggalkan, kalau kata doi sih mental breadtalk haha, tapi hati kadang meyakinkan sendiri kalau memang sudah saatnya untuk pergi. Aku takut. Takut sepi. Kemana nanti kalau mau lari karena jenuh dengan suasana yang baru? Sungguh berat hati.

Tapi kadang hati sendiri yang memaksa untuk bangkit dan yakin kalau ini semua baru awal, awal untuk menggapai mimpiku. Perlahan aku mulai mengurung kenangan dan menyimpannya kalau-kalau aku sedang dalam emergency. Emergency rindu Kota lamaku beserta isinya. Hehe.

Aku mulai berbaur dengan lingkungan baruku, semacam adaptasi tapi aku masih ragu apakah bisa dibilang begitu? Aku mencari teman baru. Eh, tidak. Tidak begitu, mereka yang malah mencariku. Kehadiranku yang asing di tempat baru mungkin membuat mereka penasaran dengan watak dibalik foto yang sengaja kupajang. Aku mulai bercengkerama dengan beberapa teman baru.

Doaku hari ini, esok hari, hingga seterusnya adalah, aku ingin semua yang mengelilingiku bahagia dengan dunia barunya. Belajar ikhlas bukan berarti melupakan, tapi membiarkan kenangan itu tersimpan. Bukankah lebih baik bila masa lalu dan masa depan itu hidup berdampingan?

Malang, tunggu aku dan mimpi-mimpiku, ya!
Untuk Tangsel, tolong jaga orang-orang yang kucintai dan setiap sudut indahmu.

Comments